7.7.14

Akhir - Akhir Ini Saya Jadi Suka dengan Tema - Tema yang Berbau Soe Hok Gie

Berawal dari mencari-cari puisi di YouTube lalu saya akhirnya menemukan 2 puisi yang sangat memikat hati saya yaitu puisi ini dan ini. Lewat 2 puisi itu saya jadi terenyuh dan nge fans. Lalu akhirnya saya pun nonton video Gie di YouTube. Film itu adalah film tahun 2005. Adalah sebuah film garapan sutradara Riri Riza.

Gie mengisahkan seorang tokoh bernama Soe Hok Gie, mahasiswa Universitas Indonesia yang lebih dikenal sebagai demonstran dan pecinta alam.

Pusi-puisi Gie memang sangat menyentuh, berikut adalah salah satu puisi Gie, coba kita lihat

Sebuah Tanya

“akhirnya semua akan tiba
pada suatu hari yang biasa
pada suatu ketika yang telah lama kita ketahui
apakah kau masih berbicara selembut dahulu?
memintaku minum susu dan tidur yang lelap?
sambil membenarkan letak leher kemejaku”

(kabut tipis pun turun pelan-pelan di lembah kasih, lembah mendala wangi
kau dan aku tegak berdiri, melihat hutan-hutan yang menjadi suram
meresapi belaian angin yang menjadi dingin)

“apakah kau masih membelaiku semesra dahulu
ketika ku dekap kau, dekaplah lebih mesra, lebih dekat”

(lampu-lampu berkelipan di jakarta yang sepi, kota kita berdua, yang tua dan terlena dalam mimpinya. kau dan aku berbicara. tanpa kata, tanpa suara ketika malam yang basah menyelimuti jakarta kita)

“apakah kau masih akan berkata, kudengar derap jantungmu. kita begitu berbeda dalam semua
kecuali dalam cinta?”

(haripun menjadi malam, kulihat semuanya menjadi muram. wajah2 yang tidak kita kenal berbicara dalam bahasa yang tidak kita mengerti. seperti kabut pagi itu)

“manisku, aku akan jalan terus
membawa kenangan-kenangan dan harapan-harapan
bersama hidup yang begitu biru”

___________________________________________________


Sayapun akhirnya mencari semua sesuatu yang berbau Gie. seperti pdf file tentang skripsinya. Di situ ia mengisahkan tentang kesewengang-wenangan pemerintah kolonial terhadap rakyat cilik.

Memang susah jadi seorang demonstran. Di tengah ketidak-berdayaan kita melawan kolonialisme, kita hanya bisa berdemo. Yah paling tidak kita sudah menyuarakan suara hati rakyat cilik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar